Friday, December 15, 2006

PERINTISAN PROGRAM RAMAH LINGKUNGAN


Salah satu prestasi besar Tirto Utomo dan Willy Sidharta adalah kepeloporannya dalam menjadikan perusahaan AQUA ramah lingkungan di Indonesia. Apa dan bagaimana program PEDULI AQUA itu sebenarnya?


Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) telah tumbuh bak cendawan di musim hujan. Pada 1993 tak kurang dari 142 merek telah disetujui Departemen Kesehatan 67 di antaranya telah memasuki pasar. Sementara 60 % produsen berada di Jakarta.

AQUA setiap bulan mengimpor polyethylene therephtalate (PET) sebanyak 300 ton, untuk bahan baku pembuatan kemasan botol. Jika diubah menjadi botol kira-kira mencapai 20 kontainer. Bahkan, pada 1997 produksi PET AQUA sudah melonjak menjadi 500 ton per bulan. Secara nasional produksi PET sekitar 500 ton per bulan. Malahan diperkirakan jumlahnya sekitar 2000 ton per bulan. Itu berarti limbah botol plastik akan bertumpuk dan perlu satu tindakan nyata untuk menguranginya. Pertanyaannya akan dibawa kemana limbah plastik industri tersebut?

Sadar bahwa sebagai produsen air minum kemasan ikut memberi andil cukup banyak terhadap penumpukan limbah plastik maka AQUA mencanangkan Program Peduli (Pengembangan Daur Ulang Limbah Indonesia) pada 1 Februari 1993. Besarnya uang yang dibebankan kepada konsumen adalah Rp 10 dan Rp 5.” Semua ini kami lakukan karena kami merasa sebagai poluter plastik di Indonesia,’ demikian dikemukakan Tirto Utomo, pendiri AQUA ketika itu.

Inti dari program PEDULI AQUA adalah memberikan nilai ekonomis pada limbah PET.

Di industri AMDK dikenal lima jenis plastik . Pertama, Polypropilen ( PP) yang umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan kemasan gelas plastik atau cup ukuran 220/240 ml. Kedua, Polyetilen (PE) digunakan sebagai bahan baku tutup botol atau krat pengangkut botol. Ketiga, Poly Carbonate (PC) digunakan sebagai bahan baku kemasan botol plastik ukuran 5 galon (19 liter). Keempat, Polyetilen Terephtalate (PET) sebagai bahan baku botol AQUA 500 ml, 600 ml dan 1500 ml. Kelima, Poly Vinyl Chloride (PVC) yang digunakan untuk pembuatan shrink label / shrink seal.

Perkembangan PET kemudian menggantikan kemasan bahan lain (seperti PVC,PP,PE) karena secara teknis lebih unggul. Variasi kegunaannya juga meningkat seperti dalam bentuk PET Stretch Blow, PET Film, PET Sheet dan PET Injection.

Adapun produsen PET di Indonesia di antaranya PT Petnesia Resindo, PT Polypet, PT Mitsubishi Chemical Indonesia, PT SK Keris, PT Resin dan PT Indorama Synthetics.

Daur ulang PP, PE, PC selama periode sebelumnya sudah berjalan baik karena kebutuhan tinggi dan prosesnya mudah. Sementara dalam daur ulang PET tidak berjalan mulus karena proses sulit, proses mahal dan kebutuhan belum ada. Padahal, konsumsi PET Resin di industri AMDK terus meningkat. Pada 1997 tingkat konsumsi mencapai 15.000 ton per tahun.
Uang peduli sebesar Rp 10 itu dibebankan pada penjualan AQUA ukuran 1500 ml, sedangkan kemasan ukuran 500 ml dan 625 ml dikenakan beban Rp 5. Sementara dana yang terkumpul dari uang peduli ini nantinya akan dipakai untuk membeli botol-botol AQUA kosong yang telah dikumpulkan kalangan pemulung dan pelapak dengan harga dua kali lipat.

Setelah habis isinya masyarakat diharapkan tidak segera membuang botol bekas itu. Sebab. AQUA akan membeli kembali botol tersebut dengan harga Rp 20 untuk kemasan 1500 ml dan Rp 10 untuk kemasan 625 ml dan 500 ml. Artinya, AQUA akan membeli setiap kilogram botol itu sebesar Rp 550.

Botol-botol tersebut disortir, dibersihkan kemudian dihancurkan menjadi lembaran kecil yang disebut flake PET / polyethylene terephtalate yang kemudian diolah menjadi produk baru.

Ternyata tidaklah mudah menerapkan program itu. AQUA nyaris gagal melakukannya. Akhirnya dengan bantuan para pemulung pada 1994 program itu mulai berjalan lancar. Para pemulung menyerahkan ke AQUA dengan tarif berlaku di kalangan pemulung yakni Rp 550 per kilogram. Hasil daur ulang mula-mula dimanfaatkan perusahaan tali palstik di Bogor, kemudian perusahaan tekstil dan kemudian boneka.
Apa keuntungan yang diperoleh AQUA dari bisnis daur ulang itu? Dilihat dari sisi bisnis murni mungkin tidak ada. Harga botol plastik bekas Rp 550/kg, biaya membersihkan plus giling Rp 350/kg sementara harga jual flake PET-nya cuma Rp 770/kg. “Tapi, ya kami tak bisa menghitungnya begitu saja,” ujar Willy. Aktivitas itu dilakukan demi kesinambungan bisnis AQUA.”Kami sangat sadar bahwa bisnis kami sangat tergantung pada alam,” tambahnya.

Menjaga alam merupakan bagian dari tanggung jawab AQUA. Kepeduliannya pada lingkungan bermula jauh sebelum menggelar program daur ulang. Yakni saat memutuskan menggunakan air sumber sebagai bahan baku, menggantikan sumur bor.

Selain melakukan kegiatan peduli lingkungan dengan caranya sendiri. AQUA juga melakukannya dengan Dana Mitra Lingkungan (DML) yang ditunjuk untuk mengelola sisa dana Program Peduli AQUA (sekitar 60 persen dari anggaran). Jumlahnya lumayan. Dalam tiga tahun (1995-1996) AQUA menyerahkan Rp 1,55 miliar --- berturut-turut Rp 200 juta, Rp 500 juta dan Rp 750 juta. Dana itu digunakan untuk biaya konservasi lingkungan. Dana terbesar DML berasal dari AQUA.

DML adalah lembaga yang bertujuan untuk menjembatani kalangan bisnis dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Tugasnya menggalang dana untuk membiayai sejumlah kegiatan lingkungan yang dilakukan LSM di Indonesia.

Sejak didirikan tahun 1983, DML menerima sumbangan dari 300 pendana--- pribadi maupun perusahaan, yang disalurkan melalui 160 program bernilai sekitar Rp 1,5 miliar. Misalnya, untuk pelestarian daerah Walacea. DML menyumbang Rp 100 juta. Walhi memperoleh bantuan rutin Rp 2,5 juta per bulan. DML juga memberikan mesin pencacah plastik pada tahun 1996 sejumlah 8 buah kepada LSM dan perguruan tinggi.

Sukses DML menunjukkan adanya perusahaan yang mau menyumbang untuk kegiatan lingkungan. Menurut Emmy Hafild, Direktur Eksekutif Walhi (Wahana Lingkungan Hidup), perusahaan melakukannya karena tekanan konsumen.Itu sekaligus merupakan marketing gimmick dari perusahaan yang memiliki produk unik dan digemari konsumen yang tingkat kesadaran lingkungannya tinggi.

Persoalannya, apakah perusahaan yang berpromosi menggunakan dalil lingkungan benar-benar sadar lingkungan? Perusahaan yang peduli lingkungan adalah yang mengarahkan agar produknya dapat di daur ulang. Setiap proses dari bahan baku, produksi hingga pengolahan harus diperhatikan.

AQUA melihat bahwa pengambilan air bisa berdampak lingkungan cukup besar maka perusahaan kemudian menanam pohon lebih banyak dan menciptakan hutan dalam radius 10 hektar dari sekitar sumber air yang dipakainya.

Di negara-negara maju, kampanye lingkungan muncul, antara lain karena tuntutan konsumen hijau yang menginginkan produk hijau. Konsumen hijau mengurangi semaksimal mungkin penggunaan produk yang tidak bersahabat dengan lingkungan. Misalnya, mereka menghindari penggunaan kertas berlebihan ---dengan cara melakukan fotokopi bolak-balik ketimbang satu muka. Selain itu, jika mengonsumsi air botolan yang dipilih adalah kemasan botol kaca yang tidak menghasilkan sampah plastik. Mereka juga menggunakan produk daur ulang bukan produk baru.

Di Indonesia kesadaran konsumen semacam itu masih kurang. Aktivitas akrab lingkungan tidak menjadi prioritas. Menurut Willy dampak promosi lingkungan terutam pada penjualan memang tidak bisa secara lengsung dirasakan.”Tapi kiami melihat masa depan. Kami yakin, kelak masalah lingkungan menjadi hal yang penting bagi konsumen,” ujarnya.

Keberhasilan daur ulang PET akan menciptakan kebutuhan limbah PET di masyarakat, membangun mekanisme daur ulang sekaligus membangun jaringan daur ulang.

Adapun kendala yang masih menghambat proses daur ulang antara lain disiplin masyarakat yang masih rendah, belum adanya sistem pengumpulan, terbatasnya penggunaan material daur ulang, fluktuasi harga yang tinggi dan tidak adanya insentif untuk mengumpulkan limbah PET tersebut.

Sedangkan, dampak positif Program Peduli AQUA antara lain menyelesaikan masalah limbah PET, meningkatkan sadar lingkungan masyarat, menambah lapangan kerja (pemulung, pelapak, pekerja),menciptakan usaha baru, dampak ekonomis produk akhir dan menggalang sumber dana untuk pelestarian lingkungan

Selama ini, AQUA sudah memiliki komitmen sebagai perusahaan yang berwawasan lingkungan. Bukti komitmen itu tampak dari tindakan nyata yang sudah dilaksanakan AQUA selama ini :

1.Penggunaan mata air pegunungan pada 1981
2.Penggantian PVC menjadi PET pada 1995
3.Program Pengembangan Daur Ulang Limbah 1992
4. Program Peduli AQUA 1993
5. Kerjasama dengan Dana Mitra Lingkungan (DML)

Tampaknya langkah yang diambil Tirto Utomo dan Willy Sidharta sudah tepat. Dunia internasional makin menuntut agar perusahaan semakin ramah lingkungan. Hal itu sesuai dengan filosofi AQUA yakni “Pelestarian lingkungan untuk kehidupan yang lebih baik.” ***

No comments: